Tipsone(Free Tips and Trick)

Paypal For Business

Free Premium Themes

Friday, November 21, 2008

Kuburan Belanda Kerkhoff, Situs Sejarah Banda Aceh


8:00 PM |

Banda Aceh hari ini memasuki usianya yang ke 803 tahun. Usia yang relatif muda jika dibandingkan dengan kota-kota tua di dunia namun juga termasuk sangat tua jika dibanding dengan kota-kota lain di Indonesia yang baru tumbuh. Layaknya kota tua tentu banyak sekali situs bersejarah yang terdapat di kota memproklamirkan diri sebagai Bandar Wisata Islami ini. Salah satunya yang cukup terkenal adalah Kuburan Belanda Kerkhof Peucut yang terletak di Kelurahan Blower Kecamatan Baiturrahman. Lokasinya mudah dijangkau karena terletak di depan Lapangan Blang Padang Banda Aceh.



Makam ini sendiri keberadaannya sudah sangat lama. Menurut catatan yang diperoleh dari Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA) di Banda Aceh dikatakan bahwa terdapat tidak kurang dari 2.200 makam orang Belanda, dari serdadu biasa sampai Jenderal, berbagai suku bangsa yang tergabung dengan tentara kolonial, bahkan ada juga sekelompok makam orang Yahudi yang dulu tinggal di Aceh! Diantara kuburan-kuburan itu masih dapat dibaca mengenai nama-nama dan pangkat mereka serta tahun-tahun dan tempat2 dimana mereka tewas. Ada terdapat berbagai tugu nama-nama legendaris yang diukir demikian indah.

Jika kita melihat pada nisan-nisan yang tersebar maka penanggalan tertua yang didapati adalah pada kuburan seorang prajurit angkatan laut Belanda yang tewas karena terkena penyakit kolera pada tanggal 27 Desember 1873. Kuburan Belanda Kerkhof atau yang lebih dikenal dengan sebutan kuburan Peucut dikelola oleh Yayasan Dana Peutjut yang dirikan tanggal 29 Januari 1976, setelah kunjungan seorang Kolonel pensiunan tentara Marsose J.H.J. Brendgen.

Selama kunjungannya ditemukan bahwa kuburan militer Peutjut dan bekas kuburan militer lainnya pada tempat-tempat tertentu di Aceh berada dalam kondisi yang mengenaskan alias tidak terawat. Yayasan ini dimaksudkan untuk melestarikan kuburan militer Peutjut agar dapat dipelajari oleh generari mendatang. Sedangkan dana untuk perawatan dan perbaikan berasal dari para donatur negeri Belanda. Banyak hal-hal menarik yang dapat di temui dalam perkuburan Kerkhof . Kisah-kisah tentang sang prajurit yang terkubur diceritakan sekilas pada batu nisan. Kuburan-kuburan ini seolah bercerita kepada pengunjung tentang masa hidup penghuninya.

Jika pengunjung teliti maka akan ditemukan berbagai kisah mengharukan dan konyol pada batu nisan. Mulai dari yang tewas secara heroik dalam perang tertembus kelewang hingga yang mati konyol ditusuk rencong saat jalan-jalan sore. Ada juga kisah mengharukan dari seorang Letnan muda De Bruyn yang rela meninggalkan acara perkawinannya di pendopo Aceh yang megah menuju medan perang yang ganas di Seunagan dan menemui ajalnya di sana tahun 1902. Namun sayangnya, banyak tulisan-tulisan di nisan yang telah dirusak oleh tangan-tangan jahil tidak bertanggung jawab.

Salah satu petugas pemelihara makam, Nurhabibah, mengatakan saat ini sedang berlangsung renovasi atas kuburan-kuburan tersebut. Bunga-bunga seperti Melati, Keupula, bouegenvilee, bunga pisang dan lainnya tersebar memenuhi kawasan perkuburan. Batu-batu nisan sedang dicat kembali.

"Makamnya lagi di cat dan ditanami bunga. Kemarin ada orang Belanda yang datang dan menyuruh untuk menanam bunga-bunga itu"katanya sambil menunjuk makam.

Pak Ridwan, Sekretaris Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA), kantor yang menangani dokument-dokument sejarah Aceh memberikan informasi berkenan dengan kuburan Belanda Kerkhof Peutjut. Banyak sekali buku-buku yang berkaitan dengan Kerkhof tersimpan di PDIA, walaupun sebagian telah rusak terkena tsunami namun masih sangat bermanfaat.

"Yayasan Peutjut baru saja menerbitkan buku panduan tentang makam yang berisi berbagai informasi menarik"katanya sambil memperlihatkan buku tebal yang dicetak luks tersebut. Selain buku ini ada juga buku-buku karangan pecinta sejarah Aceh juga seperti buku karangan Tjoetje, yang pernah diterbitkan Juni 1972, dalam rangka peringatan 100 tahun perang Aceh melawan Penjajahan Belanda katanya lagi. "buku-buku ini dapat dibaca di perpustkaan PDIA" ia melanjutkan.

Ketika ditanya kepada Pak Ridwan, siapa yang bertanggung jawab atas pemeliharaan makam Peutjut, ia menjawabnya sambil tersenyum kecut. "Seharusnya seperti dalam UU no.5 tahun 1992 tentang Cagar Budaya dan juga PP no.10 tahun 1993 tentang Benda Cagar Budaya, kewajiban pemeliharaan ada di tangan pemerintah". Namun selama ini Yayasan Peutjut lah yang selalu membantu dana pemeliharaan. "Seharusnya malu kita sama orang Belanda. Situs milik kita kok mereka yang ngurusin" ujar Pak Ridwan yang ramah ini.

Saya yang mengamati suasana makam melihat kenyataan bahwa makam ini tidak banyak pengunjungnya. Dari buku tamu yang sempat dilihat tampak rata-rata pengunjung dalam sehari hanya berbilang jari alias bisa dihitung dengan jari. Apalagi ketika mencari-cari dimana pemandu wisata makam berada yang ternyata tidak ditemukan, entah kemana.

Selamat Ulang Tahun Kota Banda Aceh, umurmu yang tua ini menyimpan banyak sejarah. Kamilah penerus yang akan melanjutkannya, bukan orang Belanda.


Share
You Might Also Like :


0 comments: